Life is not happening to you, life is responding to you.

Sebagai seorang pengamal ajaran “tak ada yang kebetulan” ( selain juga aliran moderat ala Vety Vera “yang sedang-sedang saja” ), saya cenderung fleksibel dalam banyak hal. Open option.

 

Dalam hal pekerjaan, walaupun saya punya pakem dalam menjalankan jadwal pelatihan namun saya tetap memberikan ruang untuk melakukan beberapa perubahan mendadak bila memang diperlukan.

 

Awal ceritanya, saya bertemu dengan pak Gobind Vashdev untuk pertama kalinya di festival Yoga Gembira di Jakarta bulan April 2016 yl. Saat itu saya mendatangi booth beliau –Wisdom Shop– yang terletak di sebelah podium tempat saya akan mengajarkan sesi Sufism Yoga.

 

Saya menyapanya dan menyatakan ingin menjadi murid beliau serta menanyakan dimanakah saya bisa mengikuti pelatihannya di Bandung. Saat itu beliau hanya mengatakan ada beberapa jadwal pelatihan di Bandung dan akan mengabari saya bila sudah dekat waktunya.

 

Karena saya lupa meminta nomor beliau saya pun berpikir, “Baiklah, nanti saya akan tunggu kabarnya saja dari “rerumputan yang bergoyang di sosmed”. Lagian pak Gobind juga ada FBnya kok.”

 

Saya pun menjalankan tugas saya mengajar. Saat membawakan sesi, entah mengapa perhatian saya selalu tertuju pada seorang peserta. Seorang wanita muda yang manis dan berambut pendek yang mengambil tempat di barisan depan paling ujung sisi kiri saya. Walaupun saya tidak mendekatinya di sepanjang sesi tersebut, namun sedikit-sedikit perhatian saya lagi-lagi tertuju padanya. Ada apa ya?

 

Setelah selesai, wanita muda itu mendekati saya. Katanya sambil memperkenalkan diri, “Saya Tika. Saya tinggal di Ubud. Saya suka yoga dengan seorang guru asing yang tidak hanya mengajarkan asanas. Saya direkomendasikan untuk ikut kelas mbak dari teman saya.”

 

Agak kurang jelas maksudnya bagaimana, tapi saat itu sudah terlintas dalam bayangan saya bahwa ia akan datang ke Bandung, ke Yoga Leaf, entah kapan.

 

Sehari setelah festival saya mendapat mention di linimasa FB dari seseorang bernama Kartika Damayanti, tentang sesi yang ia ikuti di Yogfest. Karena terkesan, saya pun mengirimkan ajakan pertemanan padanya dan lalu membuka profilnya.

 

Saat saya buka, saya pun baru ngeh bahwa ternyata ia adalah istri pak Gobind ( sebagai bukti bahwa saya memang jarang membuka2 akun orang lain –stalking– dan ya, memang, baiklah, saya kuper).

 

Waktu pun berlalu dan “kabar dari rumput bergoyang” yang saya nantikan di sosmed pun akhirnya datang, tapi dalam bentuk laporan kegiatan yang sudah selesai. Belum berjodoh. Ya sudahlah, saya pun kembali sibuk mempersiapkan pelatihan pengajar di Yoga Leaf angkatan 11 yang akan dimulai beberapa bulan lagi.

 

Semalam sebelum pelatihan dimulai, staf Yoga Leaf Meti Anglina menelepon saya dan mengabari bahwa ada satu peserta yang baru mendaftar bernama, ” Mbak Tika dari Ubud.”

 

Saya sama sekali tidak terkejut, hanya tidak menyangka waktunya akan secepat itu.

 

Singkat kata, hari-hari pelatihan pun berlalu dan hampir setiap sore pak Gobind dan Rigpa –putera mereka– menjemput. Rasanya ada yang aneh. Saya yang rencananya mau dateng, kok malah jadi yang didatengin. Setiap hari pula.

 

Tapi karena sibuk saking konsentrasinya mengajar ( beuh! ) dan juga buru2 pulang karena masalah domestik anak-anak tidak ada yang menjaga di rumah, saya tidak banyak bertemu untuk mengobrol dengan beliau. Di sisi lain saya semakin intens mengenal Tika sebagai sosok yang mengagumkan dengan ketegasannya, wawasannya, dan kebijaksanaannya.

 

Pada bulan ketiga pelatihan, para peserta semakin kuat bondingnya antara satu sama lain. Silih berganti para peserta mulai menceritakan unek-unek dan permasalahannya pada saya. Ada beberapa diantaranya yang cukup berat bebannya yang saya sangat bersimpati pada mereka. Seandainya saya bisa membantu lebih maka akan saya lakukan.

 

Saat saya tengah memikirkan itu pada suatu sore di hari kedua, seperti biasanya pak Gobind datang menjemput istrinya.

 

Saat itulah saya memintanya. Menodong, “Mas Gobind, bersediakah untuk sharing satu sesi untuk peserta pelatihan?”

 

” Bisa. Untuk kapan?”

 

” Hari minggu”. (Sambil berpikir keras memadatkan jadwal sebelum waktu istirahat).

 

” Kalo minggu kebetulan engga bisa. Ada tamu.”

 

” Kalo sabtu?”

 

” Sabtu bisa”.

 

” Sip, kalo begitu sabtu siang saja, sebelum makan siang. Asik!”

 

” Temanya apa?”

 

” Self Healing”.

 

Singkat kata, sesi sharing Self Healing oleh Pak Gobind pun secara tidak disangka-sangka terjadi di Yoga Leaf. Hasilnya pun menakjubkan bagi para peserta. Wow!

 

I get it.

 

Saat itu saya jadi teringat satu bait dari Rumi yang mengatakan, “Tidak hanya yang haus yang pergi mencari air, air pun sebenarnya sedang mencari yang tengah kehausan”

 

I get it.

 

“Apa yang kamu cari, sebenarnya itu mencarimu”.

 

I get it.

 

“Life is not happening to you. Life is responding to you”.

 

I get it.

 

” Send one wish to the universe, and someone will hear you”.

 

I get it.

 

Saya adalah media.

 

Expect the unexpected. God is good.

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of