Ya, Sudahlah

Pernah beberapa malam yang lalu, saat sedang menemani suami menonton tv ( kita sih senang-senang saja nonton tv hehe ), saya mendapat sebuah ungkapan yang menggugah di akhir serial film yang tengah saya tonton.  Disitu disampaikan, ‘ If you want to find something, you have to stop looking ‘. Karena menggugah, saya sempat memasangnya juga sebagai status di FB ini, sebagai reminder yang akan menjaga saya untuk tetap sadar di sepanjang hari tersebut. Bahkan, saya tulis juga di selembar kertas yang diselipkan di dompet. Mendapatkan kalimat-kalimat kontemplatif seperti itu seperti menemukan ‘harta karun’ yang akan langsung menyentuh kesadaran tanpa harus lama-lama diproses oleh pikiran ( atau bahkan tanpa di proses oleh pikiran ), dan menjadi energi positif yang akan menguatkan saya dari dalam.

Tapi, ’KALAU KAMU INGIN MENEMUKAN SESUATU, MAKA KAMU HARUS BERHENTI MENCARINYA‘??

 

Gimana sih …  Gimana caranya bisa menemukan sesuatu kalo ga dicari ?  …  mana mungkin sesuatu bisa ketemu kalo ga dicari dulu?… emang apaan yang bisa ditemukan tanpa mesti dicari dulu sebelumnya? … dan seterusnya, dan seterusnya..

Dan, walaupun kesadaranku paham betul makna dari kalimat tersebut, tapi pikiranku selalu ingin mendapatkan penjelasan atas segalanya ..

……………………………………………………………

Jadi ingat, pernah pada suatu waktu, saya kedatangan seorang perempuan muda cantik yang berdandan ‘wah’ kedalam kelas saya ( karena dandanannya sangat lengkap, tebal, plus aksesori lainnya ). Secara fisik ia memang cantik, tapi menurut saya terlihat agak ‘keberatan’ dengan dandanannya itu. Selain itu, dia juga terlihat kaku, rada judes dan tidak nyaman, entah kenapa. Setelah beberapa kali bertemu di dalam kelas, akhirnya saya mendapat kesempatan untuk ngobrol-ngobrol  dengannya. Dari obrolan tersebut, saya jadi tahu kalau tujuannya ikut yoga adalah untuk menjadi ‘ cantik, langsing, dan awet muda ‘. Dia pun secara jujur mengatakan kalau obsesinya memang untuk menjadi cantik. Dia mengetahui yoga dari beberapa artikel majalah wanita yang dibacanya, bahwa yoga bisa membuat seseorang menjadi awet muda, langsing, dan cantik. Kemudian ia pun bertanya dalam waktu berapa lama ia bisa mendapatkan hasil tersebut.

Ditanya seperti itu, saya jadi mikir… ada-ada aja deh… udah cantik seperti itu kok kepengin cantik ? …  dan memang masih muda kan, trus apa maksudnya dengan pengen telihat awet muda ?… * terus terang saya selalu ketawa kalo ada orang masih muda ( apalagi mahasiswi ) yang takut terlihat tua dan seneng kalo dibilang awet muda ( padahal emang masih pada muda ) *….  Selain itu, badannya juga udah langsing kok, kok pengen langsing lagi? ;p ….hehe…
Jadinya saya mikir lagi, “ CANTIK, LANGSING, AWET MUDA “ ?….. hmm, jadi itu toh yang dikabarkan media ( khususnya majalah wanita ) tentang manfaat berlatih yoga?.. jadinya nontonin diri sendiri, udah latihan lebih dari 15 taun kok gini-gini aja ya 😀 …  Kalo gitu, pantes aja di kelas yoga saya lebih banyak murid perempuannya ketimbang murid laki – lakinya ! ;p ..

Ya sudah, mari kembali lagi. Saat itu saya hanya bisa memberikan beberapa teori yang ‘masuk akal’ tentang ‘ Yoga untuk Kecantikan ‘ ( tanpa berani menjadikan diri sendiri sebagai contoh :p ). Tentang berapa lamanya akan menjadi cantik, saya tidak bisa menjanjikan dan hanya mengatakan untuk bersabar mengikuti kelas demi kelas tanpa terbebani tujuan apapun.

Setelah obrolan itu,  kita tidak pernah lagi membahas tentang hal ‘ kepengin cantik ‘ tersebut. Saya hanya melihatnya jadi lebih rajin latihan, bahkan hampir setiap hari datang di kelas saya. Kita masih suka mengobrol, tapi bukan lagi untuk membahas tentang yoga untuk kecantikan, melainkan tentang obrolan ringan tentang hobi, teman-teman, keluarga, dan lain – lainnya. Dia jadi terlihat lebih enjoy dengan latihannya, dan dengan dirinya, jauh berbeda dari sebelumnya. Saya senang melihatnya  bisa menikmati latihan yoga nya tanpa terbebani target yang macam – macam.  Sampai berbulan-bulan berikutnya, saya kian menyadari ada perubahan yang muncul darinya. Ia berubah menjadi CANTIK.

Sejak rutin berlatih yoga, ia mulai melepaskan perlengkapan dandannya. Ia tidak lagi mengenakan make up dan aksesori yang berat. Wajar juga sih, pastinya tidak akan nyaman dengan make up yang meleleh di setiap sesi yoga, atau pas melakukan downdog kalungnya berat menggantung di wajah, atau saat membuat ‘reverse prayer’ cincin – cincinnya bikin jari-jari kagok ;p …  Ia jadi berpenampilan lebih alami, bahkan kadang-kadang tanpa bedak sama sekali. Selain itu, ia pun jadi sering bertanya-tanya tentang meditasi dan spiritualitas. Ia terlihat jauh lebih santai, rileks, dan bahagia.  Ia menjadi SANGAT CANTIK dan berkilauan….

Mendapati perubahan tersebut, saya kembali bertanya padanya tentang resolusinya dulu. Bagaimana perkembangan dari resolusi tersebut, apa yang ia rasakan saat ini, dan apakah ia merasa keinginan tersebut sudah tercapai atau belum. Ditanya seperti itu begitu, ia hanya menjawab,

‘ Sekarang saya udah engga kepingin cantik Mbak… dan saya merasa bahagia  ‘….

Hmm.. jadi begitu,

Saat kita melepaskan keinginan, keinginan pun akan terpenuhi…

…………………………………………

Ada banyak macam keinginan kita, mulai dari keinginan yang sederhana (misalnya ingin makan suatu jenis makanan tertentu ) hingga ke keinginan yang tidak sederhana ( misalnya ingin cantik tadi ). Sampai saat ini, sudah banyak sekali keinginan yang pernah saya punya.  Banyak diantaranya yang bisa tercapai dan banyak lainnya juga yang tidak tercapai. Untungnya, walaupun banyak keinginan saya  yang tidak tercapai, toh saya juga masih baik – baik saja sampai sekarang 😉

Dari tingkat kepentingannya, KEINGINAN berbeda dengan KEBUTUHAN. Bila Kebutuhan mutlak harus dipenuhi ( terutama basic needs akan makanan – pakaian – tempat tinggal ) maka keinginan bisa dipenuhi, bisa juga tidak. Yang jelas, keinginan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan.
Perbedaan lainnya, ‘kebutuhan’ bersifat alami dan ‘tidak pilih – pilih ‘ , sedangkan ‘keinginan’ bersifat  subyektif karena berdasarkan selera. Misalnya, saat lapar saya jadi ingin makan bakso ( hehe ). ‘Lapar’ adalah sinyal tubuh saya yang memerlukan makanan bagi kelangsungan hidup sel-sel tubuh saya, sedangkan ‘makan bakso’ adalah keinginan atau selera saya, yang bisa memberi kepuasan lebih daripada hanya ‘sekedar makan’. Kenyataannya, tubuh saya sendiri memang tidak pernah pilih – pilih makanan, apa saja bisa masuk (  asalkan makanan ). Selera saya lah yang suka pilih – pilih ingin makan apa. Jadi ingat saat ngidam waktu hamil anak kedua yang lalu, saya bisa punya keinginan kuat ( namanya juga ngidam ) untuk makan jenis makanan yang berbeda-beda di setiap jam makan.

Lalu apa yang menyebabkan keinginan? ..

Seperti biasa, PIKIRAN. Pikiranlah yang selalu memunculkan keinginan, dan pikiran juga yang bisa mengontrol keinginan.

Saat menginginkan sesuatu, pikiran menjadi sibuk. Dalam fase ini otak akan memunculkan gelombang beta yang cepat dan merangsang pengeluaran senyawa kimia di otak dan tubuh ( adrenalin, kortisol, asam lambung, memacu detak jantung, dll ). Pikiran baru bisa kembali tenang saat keinginan tercapai, walau sesaat, dan setelahnya  akan kembali sibuk menginginkan hal lainnya.

Dikatakan .. ‘ just feed one ego, and another ego will follow ‘..

Keinginan tidak selalu negatif. Bahkan, keinginan juga bukan hal yang negatif, juga bukan hal yang positif. Keinginan ya hanya keinginan. Titik. Keinginan baru menjadi negatif bila setelahnya jadi menimbulkan efek negatif ( misalnya ingin memiliki suatu sehingga mencuri ) atau menimbulkan efek positif ( misalnya ingin menolong orang lain sehingga orang tersebut terbantu ). Positif – negatif itu lebih tergantung dari cara pandang kita masing-masing.

Yang jelas, punya keinginan ( apalagi punya banyak keinginan ) akan membuat pikiran sibuk sehingga terpecah dan sulit untuk terpusat/khusyuk.  Terutama di jaman seperti ini, banyak sekali rangsangan dari luar ( terutama visual ) yang membuat ‘lapar mata’ dan ‘serba kepingin ini, kepingin itu’. Keinginan menjauhkan dari khusyuk karena menimbulkan gelisah ingin memenuhi keinginan. Mending kalo bisa bahagia beneran setelah keinginan tercapai. Setelah ‘fase bulan madu’ nya usai, mulai bosan dengan objek keinginan, pikiran pun akan kembali mencari keinginan lainnya. Penuhi satu keinginan, dan keinginan lainnya telah menanti. Membiasakan diri menuruti keinginan hanya akan membuat diri diperbudak keinginan.

Dan kenapa kita selalu menginginkan? ..

Kita menginginkan karena kita selalu merasa serba kekurangan… dan kita berpikir setelah keinginan terpenuhi kita bisa lebih bahagia ….

Iya gitu?

………………………………………………………………..

‘ Bahagia tidak berasal dari luar, bahagia berasal dari dalam ‘.

Bahagia bukanlah kondisi pikiran, dan bukan kondisi emosi ( walaupun saat bahagia efeknya bisa dirasakan oleh pikiran dan emosi ). Bahagia juga bukan perasaan ‘senang sesaat’ setelah keinginan tercapai. Bahagia adalah kondisi fitrah manusia yang tidak memerlukan objek apapun dari luar untuk memunculkannya. Justru, bahagia sejati hanya dapat muncul dari kondisi ‘tidak ada pikiran’ ( no mind ).
Bahagia akan muncul saat pikiran hening, tidak banyak keinginan, penuh rasa penerimaan dan berpuas hati. Itulah bahagia sejati ( unconditional love/happiness ) yang tidak memerlukan penyebab apapun untuk menjadi bahagia, dan bahagia adalah FITRAH (kondisi alami ) manusia.

Manusia sulit untuk menemukan fitrahnya karena terlalu banyak pikiran ( atau terlalu banyak keinginan ).Ibaratnya, fitrah manusia seperti dasar danau yang tidak tampak karena tertutup oleh air danau yang kotor, dan aktivitas pikiran adalah zat pengotor air danau tersebut. Untuk bisa melihat dasar danau,maka air danau harus dijernihkah terlebih dulu. Sama halnya untuk menemukan fitrah, maka pikiran harus dibersihkan terlebih dulu. Pikiran harus dibersihkan dari segala aktivitasnya berpikir, bermemori, berkhayal, berfantasi agar bisa masuk kedalam kondisi pikiran yang mindful / terpusat / KHUSYUK.

Untuk menjadi khusyuk, seseorang terlebih dulu harus menarik perhatian dari seluruh aktivitas panca inderanya (lihat, hirup, rasa, raba, dan dengar ).  Panca indera adalah gerbang yang menghubungkan diri seseorang dengan dunia luar. Tanpa stimulasi indriawi ini pikiran bisa menjadi lebih tenang dan perasaan lebih terbuka, sehingga mampu untuk merasakan hidup secara apa adanya. Dalam kondisi ini ( khusyuk ), pikiran berada dalam gelombang Alpha yang akan membuat pikiran reseptif serta mudah terhubung dengan Nya saat bermeditasi, berdoa, sembahyang/shalat, atau saat melakukan apapun. Kapanpun. Dimanapun.

Dan dalam kondisi khusyuk, kita benar-benar tidak ingin pergi kemanapun ….juga tidak menginginkan apapun.. dan menyadari BAHAGIA hadir pada saat itu… tanpa penyebab apapun…
Keterlekatan ( attachment ) berlebih pada hal – hal material akan menimbulkan penderitaan dan menghalangi jalan menuju pencerahan. Kesenangan duniawi adalah ilusi ( maya ) yang akan mengaburkan realita. Jangan pula mencintai dunia melebihi kecintaan terhadap Nya, karena akan membuatmu kecewa dan masuk kedalam golongan orang- orang yang celaka. Dalam sistem chakra, chakra mahkota ditubuh astral seseorang baru akan terbuka ( dan memunculkan kebijaksanaan ) setelah yang bersangkutan melepaskan keterlekatannya pada hal-hal materi. Kurang lebih, semuanya sama, bahwa untuk mencapai kebijaksanaan seseorang harus terlebih dulu melepaskan KEINGINAN – KEINGINAN DUNIAWI nya.

……………………………………………………….

Melepaskan keinginan, atau lebih tepatnya ‘melepaskan ego yang selalu menginginkan’ tentunya tidak mudah. Selain harus mindful ( khusyuk ), seseorang juga harus memiliki rasa surrender ( berserah diri ), dan acceptance ( ikhlas ) yang cukup untuk bisa terbebas dari ego yang selalu menginginkan. Ketiga sikap ini bersama-sama ( atau satu persatu ) akan mengheningkan pikiran, menghadirkan kebahagiaan, dan secara ajaib akan mengkondisikan seseorang untuk merasa TERPUASKAN dan TERCUKUPKAN dengan sendirinya..

So, If you want to find something, you have to stop looking.. since happiness, or the unconditional love, is always within, never without…. dan hanya cinta tanpa syarat dan bahagia lah yang bisa membebaskan …

Ada banyak metode meditasi untuk menghadirkan cinta dan bahagia ke hadapan anda saat ini.. dari semua cara tersebut, tidak ada satu teknik yang lebih baik dari teknik lainnya.. yang terbaik adalah yang anda lakukan dan bermanfaat bagi anda…

Untuk saya pribadi, saya memerlukan beberapa kalimat reminder yang berfungsi sebagai pemicu kesadaran dan juga sebagai objek fokus berkontemplasi dan bermeditasi ..  Kalimat yang akan menumbuhkan cinta dan bahagia, melepaskan pengharapan yang berlebihan, serta membebaskan dari ego dan  keinginan…..

YA, SUDAHLAH….

The ego was there, standing in the corner of my heart, waiting to take over my consciousness.. I surrender, and whispered gently to my ego … ya, sudahlah …. and took a few deep breaths. It warmth and filled my heart with great softness and acceptance. …. The ego is no longer there…

( Bandung, 12 Juni 2010 )

bisa dilihat juga di http://www.facebook.com/notes/pujiastuti-sindhu/ya-sudahlah-/400273864069

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of